Hipoteis Tentang Proses Masuk Dan Perkembangan Negara Agama Di Hindu Budha


1. Teori kolonisasi
Teori ini berusaha menjelaskan proses masuk dan berkembangnya agama
dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia dengan menekankan pada peran
aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan pengaruhnya di Indonesia.
Berdasarkan teori ini, orang Indonesia sendiri sangat pasif, artinya mereka
hanya menjadi objek penerima pengaruh kebudayaan India tersebut. Teori
kolonisasi ini terbagi dalam beberapa hipotesis, yaitu sebagai berikut.

a. Hipotesis Waisya
Menurut NJ. Krom, proses terjadinya hubungan antara India dan Indonesia
karena adanya hubungan perdagangan, sehingga orang-orang India yang datang
ke Indonesia sebagian besar adalah para pedagang. Perdagangan yang terjadi
pada saat itu menggunakan jalur laut dan teknologi perkapalan yang masih
banyak tergantung pada angin musim. Hal ini mengakibatkan dalam proses
tersebut, para pedagang India harus menetap dalam kurun waktu tertentu
sampai datangnya angin musim yang memungkinkan mereka untuk melanjutkan
perjalanan. Selama mereka menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan
dengan perempuan-perempuan pribumi. Mulai dari sini pengaruh kebudayaan
India menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Pendapat Krom tersebut didasarkan penelaahan dia pada proses Islamisasi
di Indonesia yang dilakukan oleh para pedagang Gujarat. Bukan hal yang
mustahil, proses masuknya budaya Hindu-Buddha di Indonesia dilakukan
dengan cara yang sama.


b. Hipotesis Ksatria
Ada tiga ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai proses penyebaran
agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu
sebagai berikut.
1) C.C Berg
C.C. Berg mengemukakan bahwa golongan yang turut menyebarkan
kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah para petualang yang
sebagian besar berasal dari golongan Ksatria. Para Ksatria ini ada yang
terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan
yang diberikan oleh para Ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan
bagi salah satu kelompok atau suku yang bertikai. Sebagai hadiah atas
kemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah
seorang putri dari kepala suku yang dibantunya. Dari perkawinannya
ini memudahkan bagi para Kesatrian untuk menyebarkan tradisi Hindu
Buddha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Berkembanglah tradisi
Hindu-Buddha dalam masyarakat Indonesia.
2) Mookerji
Dia mengatakan bahwa golongan Ksatria (tentara) dari India yang membawa
pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia. Para Ksatria ini
kemudian membangun koloni-koloni yang akhirnya berkembang menjadi
sebuah kerajaan. Para koloni ini kemudian mengadakan hubungan
perdagangan dengan kerajaan-kerajaan di India dan mendatangkan para
seniman yang berasal dari India untuk membangun candi-candi di Indonesia.
3) J.L Moens
Dia mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaan-kerajaan
di Indonesia pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India
pada abad yang sama. Perlu diketahui bahwa sekitar abad ke-5, banyak
kerajaan-kerajaan di India Selatan yang mengalami kehancuran. Ada
di antara para keluarga kerajaan tersebut, yaitu para Ksatrianya yang melarikan diri ke Indonesia. Mereka ini selanjutnya mendirikan kerajaan di kepulauan Nusantara.
Kekuatan hipotesis Ksatria terletak pada kenyataan bahwa semangat
berpetualang pada saat itu umumnya dimiliki oleh para Ksatria (keluarga
kerajaan). Sementara itu, kelemahan hipotesis yang dikemukakan oleh Berg,
Moens, dan Mookerji yang menekankan pada peran para Ksatria India dalam
proses masuknya kebudayaan India ke Indonesia terletak pada hal-hal sebagai
berikut, yaitu:
1) Para Ksatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa;
2) Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah taklukkan kerajaankerajaan
India, tentunya ada bukti prasasti (jaya prasasti) yang
menggambarkan penaklukkan tersebut. Akan tetapi, baik di India maupun
Indonesia tidak ditemukan prasasti semacam itu. Adapun prasasti Tanjore
yang menceritakan tentang penaklukkan kerajaan Sriwijaya oleh salah
satu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakai sebagai bukti yang
memperkuat hipotesis ini. Hal ini disebabkan penaklukkan tersebut terjadi
pada abad ke-11 sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkan
pada kurun waktu yang lebih awal.

c. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini menyatakan bahwa tradisi India yang menyebar ke Indonesia
dibawa oleh golongan Brahmana. Pendapat ini dikemukan oleh JC.Van Leur.
Berdasarkan pada pengamatannya terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaankerajaan
yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada prasastiprasasti
yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, maka sangat
jelas itu adalah pengaruh Brahmana. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa
kaum Brahmanalah yang menguasai bahasa dan huruf itu, sehingga pantas
jika mereka yang memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama
dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.



2. Teori Arus Balik
Pendapat yang dikemukakan tersebut di atas mendapat kritikan dari
F.D.K Bosch. Adapun kritikan yang dikemukakannya adalah sebagai berikut.
a. Berdasarkan pada peninggalan-peninggalan yang ada, ternyata teori kolonisasi
tidak mempunyai bukti yang kuat. Untuk hipotesa Waisya, tidak terbukti bahwa kerajaan awal di Indonesia yang bercorak Hindu-Buddha ditemukan
di pesisir pantai, melainkan terletak di pedalaman. Kritikan untuk hipotesa
Ksatria, ternyata tidak ada jaya prasasti yang menyatakan daerah atau
kerajaan yang ada di Indonesia pernah ditaklukkan atau dikuasai oleh
para Ksatria dari India.
b. Bila ada perkawinan antara golongan Ksatria dengan putri pribumi dari
Indonesia, seharusnya ada keturunan dari mereka yang ditemukan di
Indonesia. Pada kenyataannya, hal itu tidak ditemukan.
c. Dilihat dari hasil karya seni, terdapat perbedaan pembangunan antara
candi-candi yang dibangun di Indonesia dengan candi-candi yang dibangun
di India.
d. Kritikan yang lain adalah dilihat dari sudut bahasa. Bahasa Sanskerta
hanya dikuasai oleh para Brahmana, tetapi kenapa bahasa yang digunakan
oleh masyarakat pada waktu itu adalah bahasa yang digunakan oleh
kebanyakan orang India.
Selanjutnya, F.D.K Bosch punya pendapat lain. Teori yang dikemukakan
oleh Bosch ini dikenal dengan teori Arus Balik. Menurut teori ini, yang pertama
kali datang ke Indonesia adalah mereka yang memiliki semangat untuk
menyebarkan Hindu-Buddha, yaitu para intelektual yang ikut menumpang
kapal-kapal dagang.
Nalanda yang menyebutkan bahwa Balaputradewa (raja Sriwijaya) telah meminta kepada
raja di India untuk membangun wihara di Nalanda sebagai tempat untuk menimba
ilmu para tokoh dari Sriwijaya. Permintaan raja Sriwijaya itu ternyata dikabulkan.
mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, China dan wilayah Timur Tengah.
Dua kerajaan besar pada zaman ini adalah Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Masuknya Islam pada sekitar abad ke-12 secara perlahan-lahan menandai akhir dari era ini.

Alur waktu
* 300 – Indonesia telah melakukan hubungan dagang dengan India Hubungan dagang ini mulai intensif abad ke-2 M. Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran internasional misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan. Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus, cengkeh. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan.
* 300 – Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi China. Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa Shien dan Gunavarman. Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan, barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil kerajinan.
* 400 – Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah kerajaan-kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain candi, patung dewa, seni ukir, barang-barang logam.
* 671 – Seorang pendeta Budha dari China, bernama I-Tsing berangkat dari Kanton ke India. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tatabahasa Sansekerta, kemudian ia singgah di Melayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.
* 685 – I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa China.
* 692 – Salah satu kerajaan Hindu di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang menjadi besar dan pusat perdagangan yang dikunjungi pedagang Arab, Parsi, China. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Sebagian dari Semenanjung Malaya, Selat Malaka, Sumatera Utara, Sunda, Jambi termasuk kekuasaaan Sriwijaya. Pada masa ini perkembangan kerajaan Sriwijaya berkaitan dengan masa ekspansi Islam di Indonesia dalam periode permulaan. Sriwijaya dikenal juga sebagai kerajaan maritim.
* 922 – Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir China telah datang kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada kaisar China.
* 1292 – Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Aceh dalam perjalanan pulangnya dari China ke Persia melalui laut. Marco Polo berpendapat bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
* 1345-1346 – Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam perjalanannya ke dan dari China. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal dagang dari India dan China. Ibn Battuta mendapati bahwa penguasa Samudra adalah seorang pengikut Mahzab Syafi’i salah satu ajaran dalam Islam.
* 1350-1389 – Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan Raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan Indonesia bahkan Jazirah Malaka sesuai dengan “sumpah Palapa” Gajah Mada yang ingin Nusantara bersatu.
Kerajaan Hindu/Buddha
* Kerajaan Kutai
* Kerajaan Kalingga
* Kerajaan Kediri
* Kerajaan Singhasari
* Kerajaan Majapahit
* Kerajaan Mataram (Hindu)
* Kerajaan Melayu Tua – Jambi
* Kerajaan Sunda
* Kerajaan Sriwijaya
* Kerajaan Tarumanagara

FAKTOR-FAKTOR RUNTUHNYA KERAJAAN BERCORAK HINDU BUDHA

Perkembangan pengaruh agama hindu budha cukup besar, karena dapat mempengaruhi seluruh sektor kehidupan masyarakat . Kurang lebih pengaruh hindu budaha di Indonesia selama 1000 tahun atau 10 abad. Ini semua bisa dilihat dengan munculnya kerajaan-kerajaan bercorak hindu budha dari kerajaan kutai sampai yang terakhir yaitu majapahit. Penyebab runtuhnya kerajaan bercorak hindubudha antara lain :
1. Terdesaknya kerajaan-kerajaan sebagai akibat munculnya kerajaan yang lebih besar dan lebih kuat.
2. Tidak ada peralihan kepemimpinan atau kaderisasi seperti yang terjadi pada zaman majapahit.
3. Berlangsungnya perang saudara yang justru melemahkan kekuasaan kerajaan, seperti yang terjadi pada kerajaan syailendra dan Majapahit.
4. Banyak daerah yang melepaskan diri akibat lemahnya pengawasan pemerintah pusat dan raja-raja bawahanmembangun sebuah kerajaan yang merdeka serta tidak terikat lagi oleh pemerintah pusat.
5. Kemunduran ekonomi perdagangan. Akibat kelemahan pemerintah pusat, masalah perekonomian dan perdagangan diambil ailh oleh para pedagang melayu dan Islam.
6. Tersiarnya agama dan budaya islam yang mudah diterima para adipati di daerah
pesisir. Hal ini membeuat mereka merasa tidak terikat lagi dengan pemerintahan kerajaan pusat seperti pada masa kekuasaan kerajaan majapahit.

Setelah kerajaan hindu budha runtuh tapi kebudayaan hindu buda tidak hilang begitu saja hal ini bisa dilihat masyarakat jawa masih melakukan upacara sesaji ke sawah, punden dan upacara persembahan kepada penguasa laut kidul dan lain sebagainya. Dan tradisi hindu budha masih kental dan sepenuhnya dilakukan di bali. Orang-orang bali ini adalah pindahan orang-orang majapahit dan masih memegang teguh kepercayaannya.
Tetapi tidak seluruh pulau Indonesia marasakan kebudayaan hindu budha. Padahal ada dua kerajaan nasional yaitu sriwijaya dan majapahit menguasai seluruh daerah Indonesia tetapi mereka hanya menguasai politik dan ekonominya saja dan tidak menyebar luaskan agamanya. Jadi pada waktu daerah tersebut melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan itu akan kembali kepada kebisaan yang lama. Adapaun pulau Indonesia yang tidak terjamah kebudayaan hindi budha yaitu pulau Sulawesi, Maluku , Irian dan kepulaluan Nusa Tenggara Timur


metodologi islam


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Metodologi Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Syari’at Islam
`     Seperti telah diketahui, agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya, hubungan manusia dengan dirinya, serta hubungan manusia dengan sesamanya. Hubungan manusia dengan Penciptanya tercakup dalam masalah akidah dan ibadah. Hubungan manusia dengan dirinya diatur dengan hukum akhlak, makanan dan minuman, serta pakaian. Selain itu, hubungan manusia dengan sesamanya, diatur dengan hukum muamalah dan ‘uqubat (sanksi).
     Islam telah memecahkan persoalan hidup manusia secara menyeluruh dengan menitikberatkan perhatiannya kepada umat manusia secara integral, tidak terbagi-bagi. Dengan demikian, kita melihat Islam menyelesaikan persoalan manusia dengan metode yang sama, yaitu membangun semua solusi persoalan tersebut di atas dasar akidah. Yaitu asas rohani tentang kesadaran manusia akan hubungannya dengan Allah, kemudian dijadikan asas peradaban Islam, asas Syariat Islam, dan asas negara.
Syariat Islam telah menopang sistem kehidupan dan memerinci aturannya. Ada peraturan ibadah, muamalah, dan ‘uqubat. Syariat Islam tidak mengkhususkan akhlak sebagai pembahasan yang berdiri sendiri, namun Islam telah mengatur hukum-hukum akhlak dengan anggapan bahwa akhlak adalah bagian dari perintah dan larangan Allah Swt. tanpa melihat lagi apakah akhlak harus diberi perhatian khusus, melebihi hukum dan ajaran Islam yang lain. Bahkan, pembahasan akhlak tidak begitu banyak sehingga tidak dibuat bab tersendiri dalam fiqih. Para fuqaha (ulama fiqih) dan mujtahid tidak menitikberatkan pembahasan dan penggalian hukum dalam masalah akhlak.
B.     Metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam.
Minimal ada 6 (enam) metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam ; metode yang diambil dari al-Qur’an dan Hadis, serta pendapat pakar pendidikan Islam :
1. Metode Uswah (teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 21 : “Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah itu, teladan yang baik bagimu.” Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT.
Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.
2. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik Anak”, menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali : “Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat
Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia.
Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’ab dan Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.
3. Metode Mau’izhah (nasehat)
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 232 :…”Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”…
Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang  “amar ma’ruf nahi mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.
4. Metode Qishshah (ceritera)
Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.
Dalam pendidikan Islam, ceritera yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis merupakan metode pendidikan  yang sangat penting, alasannya, ceritera dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan dan mendidik perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil dan lain-lain.
Aplikasi metode qishshah ini, diantaranya adalah, memperdengarkan casset, video dan ceritera-ceritera tertulis atau bergambar. Pendidik harus membuka kesempatan bagi anak didik untuk bertanya, setelah itu menjelaskan tentang hikmah qishshah dalam meningkatkan akhlak mulia.
5. Metode Amtsal (perumpamaan)
Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam al-Qur’an dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia. Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 17 : “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api”… Dalam beberapa literatur Islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan, seperti mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah, orang yang berani seperti singa, orang gemuk seperti gajah, orang kurus seperti tongkat, orang ikut-ikutan seperti beo dan lain-lain. Disarankan untuk mencari perumpamaan yang baik, ketika berbicara dengan anak didik, karena perumpamaan itu, akan melekat pada pikirannnya dan sulit untuk dilupakan.
Aplikasi metode perumpamaan, diantaranya adalah, materi yang diajarkan bersifat abstrak, membandingkan dua masalah yang selevel dan guru/orang tua tidak boleh salah dalam membandingkan, karena akan membingungkan anak didik. Metode perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang mendalam, terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan terwujudlah peserta didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh kesadaran.
6. Metode Tsawab (ganjaran)
Armai Arief dalam bukunya, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, menjelaskan pengertian tsawab itu, sebagai : “hadiah ; hukuman. Metode ini juga penting dalam pembinaan akhlak, karena hadiah dan hukuman sama artinya dengan reward and punisment dalam pendidikan Barat. Hadiah bisa menjadi dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman dapat menjadi remote control, dari perbuatan tidak terpuji.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah, memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah, meneleponnya kalau perlu dan lain-lain.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hukuman, diantaranya, pandangan yang sinis, memuji orang lain dihadapannya, tidak mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif dan menjewernya sebagai alternatif terakhir. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi dari Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata : “Aku telah diutus oleh ibuku, dengan membawa beberapa biji anggur untuk disampaikan kepada Rasulullah, kemudian aku memakannya sebelum aku sampaikan kepada beliau, dan ketika aku mendatangi Rasulullah, beliau menjewer telingaku sambil berseru ; wahai penipu”.
Dari Hadis di atas, dapat dikemukakan, bahwa menjewer telinga anak didik, boleh-boleh saja, asal tidak menyakiti. Namun di negeri ini, terjadi hal yang dilematis, menjewer telinga anak didik, bisa-bisa berurusan dengan pihak berwajib, karena adanya Undang-Undang Perlindungan Anak. Pernah terjadi seorang guru, karena menjewer telinga anak didiknya yang datang terlambat, orang tua siswanya lalu melaporkan ke polisi, lalu sang guru terpaksa masuk sel. Oleh karena itu ke depan, perlu pula dibuat Undang-Undang Perlindungan Guru, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya, lebih aman dan nyaman.


TEORI KEBUTUHAN MASLOW


Hidup adalah perjuangan  tampa adanya kehidupan dalam hidup terasa kehampahan yang kita dapati di dunia ini.
Terkadang kita sering berfikir untuk apa kita hidup, bagaimana kita hidup dan apa artinya kita hidup.
Semejak kita terlahir ke dunia ini semua telah diatur oleh allah, diantara nya jodoh, rezki dan maut tinggal kita mengartikan dan menjalankan apa-apa yang telah diatur olehnya.
Kenapa orang bisa jadi pengusaha yang sukses, jadi presiden, jadi direktur dan jadi lain-lain yang dianggap seseorang itu jadi sukses menjalankan kehidupannya.
Pertanyaan-pertanyan seperti itu sebenarnya sudah ada beberapa puluh tahun yang silam, salah satu orang yang menjawab pertanyaan tersebut adalah “ ABRAHAM MASLOW “ yang dituangkan dalam karya nya yang di publikasikan dengan judul “ Theory Of Human Motivation “ ( 1943 ).
Abraham maslow melalui pikiranya mengenai motivasi dihubungkan dengan kebutuhan manusia, dijelaskan mengenai hirarki kebutuhan manusia dengan konsep, “ Piramid Kebutuhan Maslow “
Berikut gambaran yang dibuat oleh Abraham maslow mengenai tingkat kebutuhan manusia.

            Maslow`S Hierarchy Of Human Needs
 













Dengan model ini, maslow menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat, mulai dari kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah piramid, dan kebutuhan manusia meningkat terus ke atas apabila jenis kebutuhan yang mendasar terpenuhi.
Mulai dari kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian berlanjut kebutuhan akan keamanan ( Safety ), kebutuhan dicintai ( Love/Belonging ), kebutuhan untuk rasa percaya diri ( Esteem ), dan kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri ( Self-Actualization ).





TINGKAT KEBUTUHAN MANUSIA MENURUT MASLOW
1.      Kebutuhan Fisiologis
Pada dasar nya, manusia harus memenuhi  kebutuhan fisiologisnya untuk dapat bertahan hidup.
Pada hirarki yang paling bawah ini, manusia harus memenuhi kebutuhan makanan, tidur, minum, seks, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan fisik badan.
Bila kebutuhan dasar ini belum dipenuhi, maka manusia akan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara normal.
Minsalnya, seseorang mengalami kesulitan untuk mandapatkan makanan, sehingga ia menderita kelaparan, maka ia tidak akan mukin mampu untuk memikirkan kebutuhan akan keamanan ataupun kebutuhan aktualisasi diri.
Logika sederhananya: bagai mana seseorang dapat memikirkan prestasi atau aktualisasi diri, bila diri nya terus menerus dihantui rasa ketakutan akan kelaparan?

2.      Kebutuhan Keamanan ( Safety )
Pada hirarki tingkat kedua, manusia membutuhkan rasa keamanan dalam dirinya.
Baik keamanan secara harfiah ( keamanan dari perampok, orang jahat, dan lain-lain ), maupun keamanan secara finasial ataupun hal lainnya.
Dengan memenuhi kebutuhan keamanan tersebut, dapat dipastikan bahwa kebutuhan manusia dapat berlajut ke tahap berikutnya,  yaitu kebutuhan kasih sayang dan social.

3.      Kebutuhan Kasih Sayang / Sosial ( Love / Belonging )
Setelah memenuhi 2 kebutuhan yang bersifat induvidu, kini manusia menapaki kebutuhan untuk diterima secara sosial.
Emosi menjadi “pemain” utama dalam hirarki ketiga ini.
Perasaan menyenangkan yang dimiliki pada saat kita memiliki sahabat, seseorang untuk berbagi cerita, hubungan dekat dengan keluarga adalah tujuan utama dari memenuhi kebutuhan sosial ini.

4.      Kebutuhan Percaya Diri (Esteem)
Semua orang pasti ingin dihormati dan ingin merasa berguna bagi orang lain.
Kebutuhan semacam ini tertuang pada hirarki pada tahap keempat dalam piramid Abraham maslow.
Kebutuhan untuk percaya diri ini biasanya muncul setelah ketiga kebutuhan yang lebih mendasar sudah terpenuhi, meskipun tidak menutup kemukinan bahwa kebutuhan semacam ini dapat muncul tanpa harus memenuhi ketiga kebutuhan yang lebih mendasar.

5.      Kebutuhan actualisasi diri (self-actualization)
Umumnya, kebutuhan ini akan muncul bila seseorang merasa kebutuhan mendasarnya sudah terpenuhi. Pada hirarki ini, biasanya seseorang akan berhadapan dengan ambisi untuk menjadi seseorang memiliki kemampuan lebih. Seperti mengaktualisasi diri untuk menjadi seorang ahli di bidang ilmu tertentu, atau hasrat untuk mengetahui serta memenuhi ketertarikannya akan suatu hal.
Abraham maslow menemukan model pyramid kebutuhan tersebut dengan melakukan penelitian terhadap beberapa orang yang dianggapnya tahap aktualisasi diri tersebut, seperti albert Einstein. Ia beranggapan bahwa tidak semua orang dapat mencapai tahap tertinggi, karena dalam hidup banyak hal yang menyebabkan tahapan kebutuhan dalam mencapai kebutuhan dalam pyramid maslow tidak dapat tercapai.
Kebutuhan menciptakan keinginan, dan keinginan mendasari motivasi seseoranng untuk mencapai sesuatu. Bukan rahasia bila motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu muncul dari kebutuhan yang tidak dapat dicapainya. Nicolas sarcozy pernah berkata “apa yang menjadika aku sekarang, mungkin adalah masa kecilku”. Dan menilik pada masa kecil Nicolas sarcozy, ia adalah seorang yang berukuran tubuh kecil dan sering kali ia merasakan perlakuan tidak menyenangkan dan tidak dihormati oleh teman-temannya. Namun kini, dengan segala kerja kerasa ia lakukan demi mencapai posisi tertinggi di negeri Perancis, ia mendapatkan apa yang tidak ia dapatkan pada masa mudanya. (khrisnaresa adytia)



KESIMPULAN
Kebutuhan manusia tanpa adanya motivasi yang mendorong dalam diri seseorang maka dia dianggap gagal dalam menjalani kehidupan, sebaliknya apabila motivasi direncanakan dalam tingkat kebutuhan yang terencana itulah orang yang sukses dalam kehidupannya.
Teori maslow salah satu bukti kuat tentang tingkatan kebutuhan manusia yang bertingkat.